Menurut M. Quraish Shihab dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata jin diartikan sebagai makluk halus ( yang dianggap berakal ). Dari segi Al-Qur`an kata jin terambil dari tiga huruf yaitu : jim, lam, nun. Dan nun menurut pakar bahasa, kata yang terdiri dari tiga uruf itu mengandung makna kesembunyian/ketertutupan.
Dalam Al-Qur`an ditemukan paling tidak 5 kata yang sering digunakan untuk makhluk halus dari jenis jin, Yaitu جن / jin جان / jan جنه jinnat/ شيطا ن / syaitan/iblis. Pra pakar bahasa berbeda pendapat tentang maksud kata jan menurut pakar bahasa arab Al jan berarti hari menyakan bahwa jan sama dengan jin. Hanya saja kata jin adalah bentuk jama`dari kata jinni yang berbentuk tunggal sedangkan kata jan adalah isim jami` atau kata yang digunakan untuk menunjukan sekelompok jinu. Para pakar yang sangat rasional tidak mengingkari ayat ayat Al Qur`an berbicara tentang jin, tetapi mereka memahaminya bukan dalam pengertian hakiki, paling tidak ada tiga pendapat yang nongol dari kalangan ini menyangkut hakekat jin.
a. Memahami jin sebagai potensi negatif
Adalah manusia, menurut faham ini, malaikat adalah bentuk positif yang mengarahkan manusia kearah kebaikan, pandangan lain menjadikan sepenuhnya sama dengan syaitan disisi lain mereka menilainya tidak memiliki wujud tersendri karena jin atau syaitan menurut faham ini merupakan poensi negatif yang berbeda dalam manusia. Hal ini dituliskan oleh Abduh dalam tafsirnya mengenai surat As syam ayat 8, ayat tersebut menjelaskan tidak mustahil bisikan bisikan negatif yang dirasakan oleh manusia merupakan jin/syaitan menjadi penyabab bisikan bisikan negatif itu.
b. Memahami jin antara lain sebagai virus atau kuman kuman penyakit.
Paham ini mengakui eksistensi jin, tetapi mereka menilainya bukan mekhluk berakal apalagi makhluk mukallaf, yang dibebani tugas tugas tertentu oleh Allah SWT. Syeh M. Abduh dan muridnya Rosyid Ridlo menganut faham ini, Rosyid Ridlo menulis dalam tafsirnya Al- Manar bahwa para teolog berpendapat bahwa jin adalah makhluk hidup dan tersembunyi, telah berulang kali kami nyatakan bahwa bisa aja dikatakan bahwa makhluk hidup dan bersembunyi yang dikenal dewa itu melalui mikroskop dan dinamai dengan mikroba-mikroba, bisa saja jenis dari jin.
c. Memahami jin sebagai jenis makhluk manusia liar yang belum berperadaban.
Pendapat ini dikemukakan pertama kali oleh Ahmad Khan (1817- 1898). Menurutnya Al Qur`an menyebutkan kata jin sebanyak lima kali dalam kontek bantahan erhadap kaum musriq, menurutnya tidak dapat dijadikan bukti tentang beradaban makhluik yang bernama jin sebagai mana keyakinan umum ketika itu.
Dari beberapa ayat Al Qur`an sebagian ulama termasuk diantaranya M. Quraish Shihab, memahami bahwa jin memiliki kelompok kelompok bahkan masyarakat jin tidak ubahnya dengan masyarakat manusia, dalam firmanya (QA Ar-Rohman ayat 33) yang mempunyai arti (hai jamaah jin dan manusia jika jika engakau sanggup menembus (melintas) penjara langit dan bumi mak lintaslah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan). Selanjutnya beeliau juga menegaskan bahwa jin sebagai mana semua makhluk ciptaan Allah, terdiri atas dua jenis kelamin lelaki dan perempuan. Sebagai mana firmanya dalam Surat Al jin ayat 6 artinya :
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki laki diantaranya manusia minta perlindungan kepada laki laki diantaranya jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan
Dan juga dalam hadist yang diriwayatkan oleh Anas bn Malik :
ا للهم ابي اعوذ بك من الخبث والخبا ءث.
Menurut pakar Hadist Ibnu Hajar (W 1449) dalam bukunya Fatkhul Bari Al khubusi adalah bentuk jama` dari khubais, yaitu : jin laki laki dan khobais adalah banntuk jama` dari Al khobais yaitu jin perempuan. Dalam pandangan M. Quraish Shihab jin mempunyai kemampuan membentuk dirinya dalam berbagi bentuk, Ibnu Taimiyah dalam kumpulan fatwanya bahwa jin dapat membentuk binatang / manusia. Syeh M. Mufawalhi Asy-Sya`rowi ulama besar mesir (W 1998 M) menulis dalam bukunya As-Sihir Wal Hasad bahwa jin berkemampuan mengambil bentuk tetapi ketika itu ia tidak dapat melepaskan dari hukum alam yang berkaitan dengan bentuk yang diambilnya.biasanya pengambilan bentuk yang diambilnya besifat sementara/sesaat. Hal pertama yang menonjolkan dari uraian ayat ayat Al Qur`an dan hadist hadist Nabi menyangkut syetan adalah penjelasan tentang sifat sifat buruk serta permusuhan hanya dengan manusia sebagai mana firmanya (QS AL Isra` :53)
Artinya dankatakanlah pada hamba haambamu hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisijan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
Iblis juga nama yang populer, tetapi berasal dari bahasa yunani yakni diabolos terdiri dari “dia “ artinya ditengah/ sewaktu dan “balein” yang berarti melontar atau mencampakkan sedangkan pra ahli bahasa arab bahwa kata iblis terambil dari bahasa arab “ ablasa “ yang berati putus asa atau dari kata “balasa” yang berarti tida kebaikanya. Para ulama sepaakat bahwa iblis adlah yang membangkang pewrintah sujud pada Nabi Adam serta menggoda Nabi Adam dan Ibu hawa sehingga terusir dari syurga. Ibnu Abbas berpendapaat bahwa syetan adalah anak cucu iblis . Menurut Abu Aqilah syetan ruhun syairun ruh yang sangat jahat/ buruk al Hayatul Khasanah suatu kehidupan yang sangat buruk dan mutamarridun, majsadun, pendurhaka yang merusak, syaitan adalah propesi/ sebutan dari kalangan jin dan manusiayanga jahat senantiasa menggangu manusia supaya terjerumus dari kesesatan dn kekafiran.
0 komentar:
Posting Komentar