
Tradisi ini sudah ada sejak 450 tahun yang lalu atau tepatnya zaman Sunan Kudus (Syeh Jakfar Shodiq, salah satu tokoh penyebar agama Islam di Jawa). Pada saat itu, setiap menjelang bulan puasa, rmasyarakat disekitar kota kudus datang berbondong-bondong Sebelum Bulan Puasa datang ke Masjid Menara untuk mendengarkan dan melihat ditabuhnya bedung sebagai pertanda datangnya pengumuman hari pertama puasa. ratusan santri Sunan Kudus berkumpul di Masjid Menara menunggu pengumuman dari Sang Guru tentang awal puasa. Masyarakat/Para santri tidak hanya berasal dari Kota Kudus, tetapi juga dari daerah sekitarnya seperti Kendal, Semarang, Demak, Pati, Jepara, Rembang, bahkan sampai Tuban, Jawa Timur. Karena banyaknya orang berkumpul, tradisi dandangan kemudian tidak sekadar mendengarkan informasi resmi dari Masjid Menara, tetapi juga dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di lokasi itu.
Para pedagang itu tidak hanya berasal dari Kudus, tetapi juga dari berbagai daerah sekitar Kudus, bahkan dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Mereka biasanya berjualan mulai dua minggu sebelum puasa hingga malam hari menjelang puasa.
T
Untuk memanfaatkan moment tersebut masyarakat menggelar dagangannya disekitar Masjid Menara,dan sepanjang jalan dari Simpang Tujuh sd Pasar Jember, dari makanan, pakaian, perobot rumah tangga hingga mainan anak-anak. Tak ketinggalan biasanya dalam tacara dandangan juga menampilkan hiburan-hiburan tradisional yang mampu dijadikan wahana wisata bagi masyarakat.
Acara yang berlangsung kurang lebih selama 2 minggu tersebut berlangsung sangat meriah dari siang sampai malam hari. Dan dari data yang kami dapat sekarang bukan hanya masyarakat kudus yang memanfaatkan moment Dandangan ini tetapi juga masyarakat dari luar Kota Kudus. Di dalam tradisi dandangan yang mengandung unsur religi dan budaya cukup dapat mewakili spirit kota Kota Kudus yang Modern dan Religius.
Selama Dandangan, Jalur Jepara-Demak Dialihkan
Menurut Kepala Urusan Pembinaan dan Operasional Satuan Lalu Lintas Polres Kudus, Iptu Subakri, di Kudus, Senin, sejak 1 Agustus 2010 arus lalu lintas dari arah Jepara maupun Demak menuju Jepara disediakan jalur alternatif untuk memindahkan arus yang melewati Jalan Sunan Kudus.
Jalan alternatif yang disediakan untuk pengguna mobil pribadi maupun angkutan kota dari arah Jepara yang akan ke Kudus, dari perempatan Jember menuju Jalan HM Subckan - Jalan Kiai Nurhadi - Jalan Wahidin - Jalan Mangga ke kiri - Jalan Ramelan langsung mengarah ke Simpang Tujuh.
Sedangkan untuk bus dan truk dari arah Jepara, setelah perempatan Jember belok kiri menuju KH Asnawi - perempatan Peganjaran - Jalan Panjang - Jalan Barongan - Sunan Muria - Simpang Tujuh. "Dari arah Simpang Tujuh dapat mengambil jalur sebaliknya," ujarnya.
Sejumlah personel yang disebar di sejumlah pos maupun titik rawan kemacetan, katanya, akan memberikan petunjuk bagi pengguna jalan untuk dapat melewati jalur tersebut. "Khususnya, untuk pengguna jalan dari luar kota yang mungkin belum mengetahui ruas jalan yang ada di Kota Kudus," ujarnya.
Sedangkan jumlah personel gabungan yang diterjunkan selam a perayaan tradisi Dandangan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, yakni sekitar 1.200 personel.
Tim gabungan yang akan terlibat dalam pengamanan ini, yakni Polres Kudus, Satpol PP, Dishubkominfo, dan Kodim.
Jumlah tersebut dibagi sela ma sepuluh hari penyelenggaraan Dandangan sejak 1 hingga 11 Agustus 2010. "Setiap harinya akan disiapkan sekitar 120 personel gabungan," ujar Kabag Ops AKP Yanu Wartono.
Keterlibatan ratusan personel tersebut, kata dia, bertujuan untuk menciptakan rasa aman bagi pengunjung maupun warga se kitar selama penyelenggaraan kegiatan tersebut berlangsung. "Kami juga ingin memastikan perayaan Dandangan berlangsung lancar dan aman tanpa ada gangguan," ujarnya.
Saat ini, tradisi yang bernuansa budaya dan berumur ratusan tahun tersebut berubah menjadi kegiatan yang bersifat ekonomi dengan menggelar kegiatan pasar malam selama 10 hari menjelang Ramadhan. Pemkab Kudus juga menyelenggarakan kirab menuju kawasan Menara dengan mengenakan berbagai macam kostum yang menggambarkan kekayaan kebudayan Kudus jelang Ramadhan.
0 komentar:
Posting Komentar