Harry Potter - Golden Snitch
Adsense Indonesia Adsense Indonesia Adsense Indonesia Adsense Indonesia

Minggu, 11 November 2012

UPACARA PERKAWINAN JAWA


            Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah memang mempunyai batas wilayah yang tegas, tetapi dilihat dari aspek kebudayaaan kedua daerah banyak kesamaan. Demikian pula dalam masalah busana dan tata rias pengantin, bahkan sering terjadi kombinasi. Kita perlu heran karena pusat berkeembangnya kebudayaan ( keraton ) Surakarta dan Yogyakarta adalah satu keluarga.
            Secara garis besar upacara perkawinana di Daerah Istimewa Yogyakarta berlangsung 3 tahap yaitu : pertama tahap persiapan perkawinan, kedua tahap perkawinan ( akad nikah dan upacara panggih ) dan tahap ketiga setelah perkawinan.
            Tahap awal dalam proses perkawinan adalah “ nontoni “ yaitu mencermati calon pengantin ( putri ) tetntang “ bebet, bibit dan bobot “ yaitu tentang bagaimana figu, asal-usul dan kondisi sosial keluarga pengantin ( putri ). Setelah ada kecocokan lalu calon pengantin laki-laki meminamg dengan berbagai perlengkapannya, bahkan saat itu dapat juga dilakukan “ tukar cincin “ yaitu calon pengantin mengenakan cincin sebagai tanda talah tunangan. Menjelang hari perkawinan dilakukan “ srah-srahan  tukon “ menyerahkan berbagai sarana kelengkapan hajatan ( busana ,keperluan dapur dll ).
            Kemudian tibalah hari perkawinan yaitu tahap kedua. Sebeluim upacara panggih atau temu ada dua upacara yang penting yaitu “ siraman “ dan “ midodareni “. Siraman dilakukan sebelum panggih dengan tujuan agar calon pengantin bersih lahir batin dan terhindar dari marabahaya dan godaan. Setelah siraman dilanjutkan derngan “ ngerik “ suatu kegiatan awal dalam merias. Midodareni diharapkan para bidadari datang secara gaib gadir kedalam tubuh calon pengantin wanita, pada umumnya pertemuan pada malam itu disebut “ jagong midodareni “.
            Setelah diakukan akad nikah lalu pada upacara “ panggih “ atau temu pengantin ; merupakan upacara klimakls dari keseluruhan upacara perkawinan.
            Suasana penuh kebahagiaan lahir batin, baoik kedua pengantin maupun para “ besan “  kerabat dan para undangan berkonsentrasi pada upacara ini.Dalam upacara “ panggih pengantin ‘ juga merupakan saat penegasan kembali dalam keseluruhan tata hidup bermasyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut, dalam pacara “ panggih “ ada acara “ ngabekten “, acara  ular-ular “ yaitu nasehat dan pembekalan terhadap kedua pengantin yang dihormati seperti “ raja  sehari “ menjelang mengarungi samudera bermasyarakat.

Beberapa benda kelengkapan perkawinan:
  1. Jodhang
Adalah sebuah wadah terbuat dari kayu dan rotan berbentuk empat persegi panjang denganbentuk menyerupai atap rumah dari anyaman rotan, berfungsi sebagai tempat bermacam-macam makanan yang dibawa oleh keluarga calon pengantin laki-laki sebagai oleh-oleh pada waktu srah-srahan kerumah calon mertua ( mempelai wanita )
  1. Kembar Mayang
Berwujud bermacam-macam daun-daunan dilengkapi dengan berbagai bentuk hiasan dari janur masing-masing memiliki nilai simbolik antara lain bentuk burung, serangga dll. Menurut sjarahnya kembar mayang termasuk Kekudangan ( harapan ) Prabu Kresna kepada pihak Pandawa menjelang perkawinan antara R. Harjuna dengan Dewi Wara Sembadra.
  1. Degan / Kelapa Ijo
Yaitu buah kelapa muda bentuk bundar memiliki arti simbolik bahwa sepasang pengantin diharapkan hidupnya penuh manfaat seperti degan yang serabut, tempurung,dagingnya dan airnya yang manis bahkan dapat sebagai obat dan penawar racun.
  1. Bokor
Adalah sebuah wadah terbuat dari kuningan berbentuk bundar berkaki. Berfungsi senagai tempat air kembang, biasanya diletakna di depan  kedua mempelai pada waktu upacara panggih pengantin.
  1. Kendi
Adalah merupakan wadah air, yang dimaksud air suci terbuat dari tanah liat.
  1. Kecohan
Secara simbolik berfungsi sebagai tempat meludah Dewi Sri. Terbuat dari kuningan berbentuk seperti seperti kecubung.
  1. Siwur
Terbuat dari tempurung kelapa dengan pegangan panjang terbuat dari kayu. Berfungsi sebagai alat untuk menganbil air pada waktu upacara siraman.
  1. Pengaron
Adalah sejenis wadah terbuat dari tanah liat,bentuk bundar cekung. Digunakan sebagai tempat air pada waktu upacara siraman.
  1. Padupan
Terbuat dari kuningan sebagai wadah membakar dupa, dipakai sebagai kelengkapan waktu upacara ngerik pengantin.
  1. sumbul
terbuat dari perak diginakan sebagai tempat minyal wangi.
  1. Pakinangan
Dipergunakan sebagai tempat perlengkapan makan sirih. Makan sirih dusajikan dngan pekinangan mengandung makna penghormatan dan jamuan awal pada penerimaan tamu.

            Dalam upacara panggih di daerah Istimewa Yogyakarta pada dasarnya terdapat 5 macam corak tata rias pengantin dengan gaya khas, disebut gaya Yogyakarta. Kelima macam corak ini adalah :
  1. Corak Kasatrian
  2. Corak Kasatrian Ageng
  3. Corak Yogya Putri
  4. Corak Paes Ageng Janagn Menir
  5. Corak Paes Ageng Corak Basahan 
Kali ini kami akan memberikan informasi mengenai macam dan kegunaan Busana dan Rias Pengantin Jogjakarta. Pada dasarnya, untuk riasan terbagi menjadi 2, yaitu riasan Paes Ageng dan Jogja Putri yang memiliki ciri khas tersendiri. Muncul nya bermacam tata rias serta busana Pengantin gaya Jogjakarta bermula dari lingkungan kehidupan para Priayi yang berarti orang yang berasal dari kerabat Keraton atau lapisan masyarakat yang kedudukan nya terhormat. Fungsi dan tiap corak memang berbeda, namun dewasa ini fungsi tersebut sering tidak dilaksanakan sebagai mana mesti nya.
Untuk itu, akan kami jelaskan satu demi satu.
1. Corak Pengantin Paes Ageng
 

Busana ini pada zaman dahulu dikenakan oleh putra dan putri Sri Sultan pada upacara perkawinan di dalam Keraton Ngayogyakarta yaitu pada saat upacara adat Panggih , namun pada perkembangan nya, busana ini saat ini boleh di pergunakan oleh masyarakat umum.
Busana Pengantin Paes Ageng terdiri dari kain dodot/kampuh yaitu kain dengan lebar 2 kali dari kain biasa serta dengan panjang kurang lebih 3,5 meter.
Tata Rias Paes Ageng memiliki ciri khas, yaitu di bagian tepi cengkorongan diberi prada(serbuk emas), sanggul yang dikenakan berupa gelung bokor yang terbuat dari irisan daun pandan yang di tutup rangkaian melati. Pada daun telinga diberi sumping daun papaya yang bagian tengahnya di olesi pidih dan prada, namun daun papaya ini bias di ganti dengan sumping dari emas imitasi.

 2. Corak Paes Ageng Kanigaran

 

Tata Rias serta busana Pengantin Kanigaran sama dengan Paes Ageng, yaitu mengenakan kain dodot namun jika pada Busana dodot Paes Ageng pengantin tidak mengenakan baju, disini Pengantin mengenakan beskap dan kebaya beludru.

3. Corak Pengantin Jangan Menir


Dahulu, busana ini di kenakan pada saat upacara Boyongan, yaitu saat Pengantin Putri boyongan (pindah) ke kediaman Pengantin Pria, biasa sehari setelah Upacara Perkawinan di lakukan.
Riasan dari Jenis Busana ini sama dengan riasan Paes Ageng. Busana yang di kenakan berupa Beskap dan Kebaya beludru di lengkapi dengan perhiasan yang khas dengan kain cinde merah sebagai bawahan nya.
(gambarnya riasan ini sama seperti riasan pernikahan q... hehehehe)




4. Corak Pengantin Jogja Putri

Busana yang dikenakan adalah sepasang busana Beludru dengan kain pengantin sebagai bawahan nya, seperti motif Sidomukti, Sidoasih, Sidoluhur, Semen Romo,dll
Tata Rias pengantinWanita pada corak Jogja Putri memiliki ciri khas, sanggul cemara, dengan di hias bunga jebehan merah serta perhiasan satu buah cunduk mentul dan gunungan di atas sanggul.




5. Corak Kesatrian Ageng

Busana pada corak ini hampir sama dengan corak pengantin Jogja Putri, namun untuk busana Pengantin Pria berupa Surjan yaitu baju panjang yang terbuat dari kain sutra motif bunga polos.






*diambil dari berbagai sumber.

Artikel Terkait :

0 komentar:

Posting Komentar

Banner Link Sahabat